Minggu, 10 April 2011

sirup

Sirop

Sirop adalah Sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa tidak kurang dari 64,0% dan tidak lebih dari 66,9% krcuali dinyatajann lain.
Sirop adalah larutan pekat gula atau gula lain yang cocok yang didalam nya ditambahkan Obat atau zat wewangi ,merupakan larutan jernih berasa manis, dapat ditambahkan gliserol, Sorbitol atau poliakohol yang lain dalam jumlah sedikit, dengan maksud selain untuk menghalangi pembentukan Hablur sakarosa, juga dapat meningkatkan larutan obat. Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa ,C12H22O11,tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66%.
Cairan sirop adalah cairan yang digunakan untuk melarutkangula,dapat berupa sari buah, Sari buah buatan, estrak cair atau atau invus. sirop yang dibuat dari simplisia yang mengandung glukosida Antrakinon, kecuali dinyatakn lain, harus dibuat dengan penambahan Natrium Karbonat sebanyak sepersepuluh bobot simplisianya.
Sirop dibuat sebagai berikut,di buat cairan untuk sirop,di panaskan dan ditambah gula,jika perlu dididihkan hingga larut.Ditambahkan air mendidih secukupnya hingga di peroleh bobot yang dikehendaki,bila terjadi busa,hilangkan busanya dan diserkai.Pembuatan sirop dari simplisia yang mengandung glukosida antrakinon,ditambahkan Natrium Karbonat sejumlah 10% bobot simplisia.Pada pembutan sirop simplisia untuk persediaan di tambahkan Nipagin 0,25% b/v atau pengawet yang cocok.Sirop disimpan dalam wadah tertutup rapat dan di tempat yang sejuk.Kadar gula dalam sirop pada suhu kamar maksimum 66% sakarosa,bila lebih tinggi akan terjadi pengkristalan,tetapi bila lebih rendah dari 62% sirop akan membusuk.Berat jenis sirop ialah kira-kira 1,3.Pada penyimpanan dapat terjadi inversi dari sakarosa (pecah menjadi Glukosa dan Fruktosa)dan bila sirop yang bereaksi asam inversi dapat terjadi lebih cepat.
Dalam larutan berair,mengandung 62% atau lebih sakorosa tidak dapat ditumbuhi jamur,meskipun jamur tidak terbunuh.Bila kadar sakorosa turun karena inversi,maka jamur dapat tumbuh.Bila dalam resep sirop diencerkan dengan air,dapat pula ditumbuhi jamur.Untuk mencegah sirop tidak menjadi busuk ditambah Nipagin sebagai pengawet.
Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka sakorosa dilakukan dengan pemanasan lemak dan dalam botol yang tertutup,hal ini dilakukuan dalam pembuatan Aurantii Corticin Sirupus,Balsami Tolutani Sirupus,Colae compositus Sirupus,Senegae Sirupus,Thymi Sirupus dan Thymi compositus Sirupus.Pada pembuatan Cinnamomi Sirupus sakorosa dilarutkan tanpa penggunaan panas.
Untuk pembuatan sirop diperlukan dulu pembuatan cairan,yang dilakukan sebagai berikut:
1. Althaeae Sirupus,akan Althaeae dipotong tipis2,dicuci bersih dan dimaserasi dengan larutan Nipagin (1=400)dalam air.
2. AurantiiCorticin Sirupus (F.1.Ed.II),kulit jeruk dipotong kecil2 dan diperlokasi dengan air yang mengandung Nipagin
3. Colae Compositus Sirupus,Cairan untuk sirop,merupakan larutan ferii Citrats,Quininum,Strychnini Natrii Glycerophosphas dan Acidum Citricum ditambah Colae Extractum liquidum,Spiritus fortiori dan Oleum Aurantii Corticin.Dalam wadah tertutup dilarutkan sakorosa dengan pemanasan rendah Mengandung kadar sakorosa 47% dan etanol 18%
4. Ferrosi Iodidi Sirupus
Ferrum pulveratum dicampur dengan air .Iodum ditambahkan sedikit2 sambil di gerus.Setelah warna coklat hilang maka larutan disaring dimasukkan ke dalam larutan 0,5 bagian Acidum citricum dan 600 bagian sakarosa dalam 200 bagian air panas.Untuk mencegah terjadinya oksidasi dari ferro-Iodida maka ujung corong masuk dalam larutan sakarosa.Sisi serbuk besi pada kertas sarimg dicuci dengan air sampai diperoleh 1000 bagian sirop.
Guna Acidum citricum adalah untuk mempercepat inversi sakorosa,pecah menjadi glukosa dan fruktosa merupakan reduktor kuat berguna ferro Iodidunm selalu di buat baru.
5. Ipecacuanhae Sirupus
Sirop ini dibuat dengan mencampur 10 bagian Ipecacuanhae Tinctura dengan 90 bagian Sirupus simplex.
6. Kreosoti compositus Sirupus
Sirop ini dibuat dengan melarutkan Ephedrinun dalam campuran Kreosatum,Aconiti Tinctura dan Etanol. Dalam cairan ini ditambahkan Balsami Tolutani Sirupus dan Calcii Lactophosphatis Sirupus dan disaring.Kadar sakarosa kira-kira 55%
7. Rhmni Frangulae Sirupus
Cairan cirup diperleh dengan cara infusa Frangula Cortex dengan penambahan Carbonas
8. Rhei Sirupus
Cairan sirop diperoleh dari maserasi Rhei Radix yang di potong tipis2 dengan berulang-ulang di aduk selama 24 jam dengan penambahan NatriiCarbonas untuk memudahkan larut anthraglikosida.
9. Rhoeados Sirupus
Cairan sirup diperoleh dengan cara infusa Rhoeados Pelatum selama setengah jam dengan air yang mengandung Nipagin
10. Senagae Sirupus
Cairan sirup dibuat dengan cara perkolasi Senegae Radix dengan cairan penyari etanol dan air dengan penambahan Nipagin.Dengan pemanasan rendah dilarutkan gulanya.

11. Sennae Sirupus
Caiarn sirup di buat dengan cara infus Sinnae Folium dengan tambahan Natrii Carbonas selama 15 menit dengan air.
12. Sirupus Simplex
Sirop mangandung sakarosa 65% dalam larutan Nipagin.
13. Thmy Sirupus
Cairan sirup dibuat dengn cara perkolasi Thmy Herba dengan air dimana terlarut Nipagin.Sakarosa dilarutkan dalam cairan sirop tersebut dengan pemanasan rendah.
14. Thymi compositus Sirupus
Cairan sirub dibuat dengan perkolasi Thymi Herba dan Thymi Serphylli Herba dengan larutan Nipagin dalam air.Sakorosa dilarutkan dalam cairan sirop dengan pemanasan yang rendah.Perlu diketahui bahwa Sirupus umumnya adalah netra atau asam lemah,kecuali Rhamni Frangulae Sirupus dan Sennae bereaksi alkali.
Ada 3 (tiga) macam sirup yaitu
a. Sirup simplek mengandung 65% gula dalam larutan nipagin 0,25% b/v
b. Sirup obat mengandung satu atau lebih jenis obat dengan atau tanpa zat tambahan digunakan untuk pengobatan.
c. Sirup pewangi tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau penyedap lain.penambahan sirop ini bertujuan untuk menutup rasa atau bau obat yang tidak enak.
Sirup dibagi menjadi 2 :
1. Non Medicated Syrup/Flavored vehicle Sirup
Contoh:Cherry Syrup, Cocoa Syrup, orange syrup.
2.Medicated syrup/ sirup obat
Contoh:Sirup Piperazina Sitrat, Sirup Isoniazid.
Komponen Sirup
1. Gula atau pengganti gula
2. Pengawet antimikroba
3. Pembau
4. Pewarna
5. Juga banyak sirup-sirup, terutama yang dibuat dalam perdagangan, mengandung pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, pengental dan stabilisator.
Pembuatan Sirup
Melarutkan bahan – bahan dengan bantuan pemanasan.
Melarutkan bahan – bahan dengan pengadukan tanpa pemanasan.
Penambahan sukrosa pada cairan obat yang dibuat atau pada cairan yang diberi rasa.
Perkolasi dan Maserasi
Larutan yang dibuat dengan pemanasan
Sirup yang dibuat dengan cara ini apabila:
a. dibutuhkan pembuatan sirup secepat mungkin.
b. komponen sirup tidak rusak atau menguap oleh panas.
Pada cara ini umumnya gula ditambahkan ke air yang dimurnikan, dan panas digunakan sampai larutan terbentuk.
Contoh : Sirup akasia, Sirup cokela
Larutan yang diaduk tanpa bantuan panas
Menghindari panas yang meransang inverse sukrosa
Proses ini memakan waktu lebih lama
mempunyai kestabilan yang maksimal.
Bila bahan padat akan ditambahkan ke sirup, yang paling baik adalah melarutkannya dalam sejumlah air murni dan kemudian larutan tersebut digabungkan ke dalam sirup.
Contoh: Sirup ferro Sulfat
Penambahan sukrosa ke dalam cairan obat/cairan pemberi rasa
Adakalanya cairan obat seperti tinktur atau ekstrak cair digunakan sebagai sumber obat dalam pembuatan sirup.
Banyak tinktur dan ekstrak seperti itu mengandung bahan – bahan yang larut dalam alcohol dan dibuat dengan pembawa beralkohol atau hidroalkohol.
Jika komponen yang larut dalam alcohol dibutuhkan sebagai bahan obat dalam suatu sirup, beberapa cara kimia umum dapat dilakukan agar bahan – bahan tersebut larut di dalam air. Akan tetapi apabila komponen yang larut dalam alcohol tidak dibutuhkan, komponen – komponen tersebut umumnya dihilangkan dengan mencampur tinktur atau ekstrak tersebut dengan air, campuran dibiarkan sampai zat – zat yang tidak larut dalam air terpisah sempurna, dan menyaringnya dari campuran. Filtratnya adalah cairan obat yang kepadanya kemudian ditambahkan sukrosa dalam sediaan sirup. Pada kondisi lain, apabila tinktur dan ekstrak kental dapat bercampur dengan sediaan berair, ini dapat ditambahkan langsung ke sirup biasa atu sirup pemberi rasa sebagai obat.
Contoh sirup yang dibuat dengan cara ini adalah : Sirup Senna.
Keistimewaan-keistimewaan dari berbagai sirop-sirop:
a. Sirop-sirop dengan besi (II) yodida farmakope membedakan :
1. sirupus iodeti ferrosi concentratus, yang mengandung 5% besi (II) yodida: sirop ini dibuat dengan menyaring larutan besi (II)yodida yang dibuat baru dalam suatu larutan gula yang sangat pekat yang mengandung asam sitrat, sehingga gulanya terinversi dan terbentuklah suatu lingkungan yang meeduksi. Farmakope memberi petunjuk supaya sirop-sirop ini disimpan dalam cahaya, karena dalam cahaya reduksi besi(III) menjadi persenyaaan besi (II) berlangsung lebih mudah (dibandingkan pembuatan tincture nervina bestucheffi)
2. sirupus iodeti ferrosi dilutus, yang diperoleh dengan mencampur 1 bagian sirupus iodeti ferrosi concentratus dengan 9 bagian sirupus simplex, tentunya sirupus inipun harus disimpan dalam cahaya.
b. Sirop-sirop thymus: selain daripada sirupus thymi, di dalam farmakope trcantum pula :
- Sirupus thymi bromatus, sirop thymus campuaran, yang hanya terdiri dari sirupus thymi denfgan natrium bromide 1,5%. Selain daripada itu, codex mencantumkan pula :
- Sirupus thymiet serpylli, sirop dari kedua jenis thymus, yang dibuat dengan cara yang sama seperti pada sirupus thymi, dari suatu campuran bagian-bagian sama herba thymi dan herba serpylli.
c. Sirop-sirop dari rhadix rhei : farmakope menyebutkan :
1. sirupus rhei, yang dibuat dari hasil maserasi radix rhei dengan larutan soda encer
2. sirupus rhei compositus: mula-mula kita membuat suatu infuse dari radix rhei, radix lalapae dan kalium karbonat, yang disimpan bersama-sama dengan sebuaha kantong dari kain netel, masaklah dari serkeian itu sirup dan setelah mendingin tambahkan tincture aurantiorum.
Jika kepada sirop-sirop ini ditambahkan obat-obatan, maka harus diingat reaksi basanya.
d. Sirupus iodotannicus : kita mereaksikan dalam air, yod dan tannin, mula-mula pada suhu kamar, lalu pada suhu yang lebih tinggi sampai semua iod hilang, maka dengan larutan yang diperoleh itu, kita memasak siropnya. Karena pada waktu meeaksikan yod denagn tannin terbentuk asam yodida, maka gula dalam sirop ini terinversi seluruhnya.
e. Sirupus rubi ideai: mula-mula kita meragikan dengan spontan (dimana pektinanya hilang), didihkan saringan itu untuk mengendapkan proteinnya dan butlah sirop dari serkaiannya dengan cra yang biasa.
f. Dua buah sirup yang berlainan dipakai dengan nama: sirupus cola compositus; yang pertama diuraikan dalam suplemen der Ned. Farmacope Ed. IV. Dan yang lainya dalam codex. Meskipun susunannya berlainan, kedua sirop itu mempunyai persamaan yaitu sirop-sirop ini mengandung suatu garam kinina dan suatu garam strychina dan kedua-duanya bereaksi asam, karena mengandung asam sitrat. Jika salah satu dari sirop-sirop ini diolah bersama-sama dengan obat-obatan lain dalam suatu obat minuman maka tentulah perlu, supaya reaksi asam dalam minuman itu tetap terpelihara; karena jika tidak, kinina dan strychinaakan mengendap.
g. Sirupus kreosoti compositus (C.M.N), sebagai zat berkhasiat kerasnya terkandung : kreosot, kodeina,dan tincture Aconiti, berhubung dengan takaran maksimum, maka yang harus diperhatikan ialah tincture Aconiti.
Cara Pembuatan Sirup Simplek
Pembuatan sirup simplesia
Cara maserasi, contoh: Althaeae sirup.
Cara perkolasi, contoh: sirup Aurantii Corticis.
Maserasi
Perkolasi
Contoh Resep
R/ Acetaminophen 2.4
As. Benzoat 0.1
Propylenglicol 15 ml
Alkohol 15 ml
Syr. Simpleks 20 ml
Air ad 200
Pengerjaan Resep 1
Cara pembuatan :
Tara botol 200 ml.
Ambil bahan – bahan syrup yang diperlukan.
Tara Syr.Simpleks 20 ml di dalam botol/wadah syrup.
Ambil 2.4 gram Acetaminophen lalu larutkan dengan alcohol, ketika sudah benar – benar larut tambahkan pemanis ( Propylen Glikol ) ke dalamnya dan tambahkan sedikit air.
Setelah larut tambahkan pengawet (As.Benzoat yang telah dilarutkan dalam air mendidih sambil diaduk) kemudian campur larutan hingga merata & larut sempurna.
Terakhir, tambahkan air hingga tercapai volume yang diinginkan.
Masukkan semua campuran ke dalam botol yang berisi Syr.Simpleks dan kocok.
Beri label & etiket pada botol.
Note:kelarutan acetaminophen dalam alkohol 1:7, dalam air 1:70
Menyimpan Obat Bentuk Sirup
Bila tak disimpan dengan baik, kualitasnya bisa turun, bahkan bisa menimbulkan efek yang membahayakan kesehatan. Anda, apalagi yang punya anak balita, tentu punya cukup banyak persediaan obat berbentuk sirup di rumah. Ada sirup obat batuk, flu, penurun panas, sampai multivitamin anak.
Seringkali, obat-obat ini tak langsung habis diminum sehingga sisanya kemudian disimpan. Dengan begitu, obat ini bisa digunakan lagi pada lain hari. Masalahnya, banyak orang kurang paham bagaimana menyimpan obat bentuk sirup secara baik agar kualitasnya tidak berkurang. Padahal, seperti dikatakan Ketua Jurusan Farmasi Universitas Padjadjaran, Dr Anas Subarnas MSc, masyarakat perlu memahami bangaimana cara menyimpan obat bentuk sirup. Mengapa begitu? Sebab, obat bentuk sirup memiliki kekhasan tersendiri. ''Bila tak disimpan dengan baik, maka hal itu bisa mengurangi kualitas obat tersebut.''
Obat sirup merupakan larutan pekat gula yang kemudian ditambah dengan obat. Karena mengandung gula, tak heran obat sirup umumnya berasa manis. Gula sendiri, pada konsentrasi tertentu, memiliki sifat antimikroba. Dalam obat berbentuk sirup, konsentrasi gula berkisar antara 64 sampai 66 persen, tak boleh kurang atau lebih. Bagaimana jika konsentrasi gula pada obat sirup kurang dari angka itu? Obat itu akan mudah ditumbuhi bakteri. Sedangkan, bila konsentrasi gula lebih dari 66 persen, maka obat tersebut akan berbentuk kristal.
Selain gula, obat sirup pun biasanya sudah ditambah zat pengawet. Dan untuk mencegah terjadinya proses oksidasi yang cepat pada obat sirup itu, ditambahkan zat antioksidan. Dengan sifatnya yang khas ini, obat sirup perlu disimpan secara baik dan benar. Terlebih, bila obat sirup itu sudah dibuka dari kemasannya. Obat sirup, lanjut Anas, akan sangat mudah mengalami kerusakan bila tak disimpan sebagaimana mestinya. Padahal jika sampai rusak, maka keampuhan dan kualitas obat itu akan menurun. Alih-alih menyembuhkan, obat sirup yang tak disimpan secara benar malah bisa menimbulkan efek buruk bagi kesehatan.
Untuk mencegah terjadinya oksidasi, obat sirup yang telah digunakan harus segera ditutup dengan rapat. ''Kalau cara menutupnya tak benar, udara akan masuk dan terjadi proses oksidasi,'' imbuhnya. Nah, bila obat telah mengalami proses ini, kualitasnya akan hilang. Ini karena zat aktif pada obat tersebut akan terurai. Di samping oksidasi, ada hal lain yang bisa menurunkan, bahkan menghilangkan, kualitas obat. Hal yang dimaksud adalah pemanasan. Itu mengapa, obat sirup tidak dianjurkan disimpan di tempat yang panas atau terkena sinar matahari langsung. ''Akibat pemanasan, obat sirup akan mengalami kristalisasi,'' kata Anas.
Disimpan dalam kulkas
Obat sirup juga sangat rawan terkena pencemaran mikroba patogen. Terlebih obat berbentuk sirup mengandung air. Anda tahu bukan, air merupakan media yang sangat mendukung bagi tumbuhnya mikroba patogen? Nah, meminum obat sirup yang telah tercemar mikroba atau jamur bisa mengakibatkan infeksi pada pemakainya. Jadi, Anda perlu hati-hati. Untuk mencegah pencemaran mikroba dan jamur ini, disarankan untuk selalu menutup rapat obat sirup yang telah dipakai, dan menyimpannya di tempat dengan suhu sekitar 20 derajat celsius. Namun, boleh juga Anda menyimpan obat sirup ini di dalam kulkas. ''Suhu kulkas antara 5 hingga 10 derajat celsius baik untuk menyimpan obat.''
Jika disimpan di dalam kulkas, akan lebih baik jika obat itu dibungkus di dalam kantong kertas atau kantong plastik warna hitam. Cara ini akan membuat obat lebih tahan lama. Tapi ingat, jangan pernah menyimpan obat sirup di dalam freezer. ''Di dalam freezer, obat sirup bisa membeku dan kualitas obatnya bisa menurun.'' Jika Anda menyimpan obat sirup di lemari obat, pastikan lemari itu tidak berada di dekat dapur. Sebab, suhu di tempat ini agak panas. Ada pula yang menganjurkan agar tidak menyimpan obat di dalam mobil. Sebab, suhu di dalam mobil yang sedang tidak digunakan, bisa sangat panas. Upayakan pula menyimpan obat di tempat yang tak terjangkau anak-anak.
Bila obat yang telah dipakai beberapa kali, lalu disimpan beberapa lama, sebaiknya tak digunakan lagi. Menurut Anas, obat yang telah digunakan berkali-kali, kemungkinan tercemar mikroba sangat besar. Anas juga mengingatkan, obat sirup tak boleh digunakan lagi, bila warnanya telah berubah dan cairannya menjadi lebih encer. ''Itu berarti, kualitasnya sudah turun.'' Hal lain yang patut Anda ingat, jangan sekali-kali memindahkan obat sirup ini ke wadah lain. Ini karena kita tidak mengetahui apakah wadah tersebut steril atau tidak. Sedangkan botol untuk obat yang dipakai pabrik obat telah mengalami proses sterilisasi.
Jangan lupa pula untuk memperhatikan tanggal kedaluwarsa obat, dan selalu meminta label bila membeli obat sirup di apotek. Ini untuk menghindari terjadinya kesalahan meminum obat. Nah, kini Anda tak perlu khawatir lagi dengan obat sirup yang ada di rumah. Asal disimpan pada tempat dan cara yang tepat, obat sirup Anda akan terjaga kualitasnya.
Pemberian Obat sirup :
* Pemberian sirup harus disertai sendok dengan ukuran baku. Pada kenyataannya, seringkali (30%) tanpa disertai sendok obatnya, sehingga orangtua menggantinya dengan sendok teh atau sendok makan yang ukurannya tidak sama dengan ukuran baku sendok obat.
* Kelembaban udara mempengaruhi bioaviabilitas (ketersediaan hayati) obat sirup, sehingga waktu kadaluarsanya menjadi lebih pendek dari yang tercantum pada botolnya bila tutupnya telah dibuka, terutama di daerah tropis.
* Jumlah obat yang diperlukan seringkali melebihi 1 botol atau tidak sampai 1 botol, sehingga kurang ekonomis karena tidak dapat diberikan sesuai kebutuhan. Sirup yang telah dibuka tutupnya hanya untuk 1 kali pemakaian.
* Beberapa obat siruppun juga mengandung lebih dari 1 macam komponen obat. Yang perlu diperhatikan dalam pemberian obat adalah pemberian secararasional dan memperhatikan interaksi dari obat yang diberikan.


Daftar Pustaka:
• IMO
• FN
• FI
• Buku-buku Farmasi dan
• Internet